Breaking News
Loading...
Sabtu, 15 Februari 2014

Pentingnya Menulis Karangan Ilmiah

"Pentingnya Menulis Karangan Ilmiah"-Assalamu alaikum Wr.Wb

Pengembangan kemampuan menulis karangan ilmiah di kalangan siswa atau mahasiswa telah banyak dilakukan mulai dari pengembangan terhadap penguasaan unsur-unsur bahasa sampai dengan pengembangan terhadap kemampuan melakukan tahap-tahap proses kreatif. Pengembangan kemampuan menulis di sekolah-sekolah atau di perguruan tinggi tidak secara khusus dilakukan dalam bentuk pelatihan, kecuali pada beberapa tempat yang dikembangkan workshop menulis yang berorientasi pada pengembangan menulis secara langsung.
Pembelajaran menulis di sekolah-sekolah di Indonesia tidak dilakukan secara khusus. Pembelajaran menulis hanya merupakan bagian kecil dari pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah. Pengembangan kompetensi menulis kepada para siswa hanya sebagian kecil dari pembelajaran di kelas, sehingga kemampuan ini kurang merata dimiliki para pelajar. Bahkan, dari aspek pembinaan guru terhadap kemampuan menulis karangan kurang dilakukan secara optimal. Para siswa jarang beroleh masukan dari guru berupa koreksi terhadap karangan yang dibuatnya. Pada umumnya para siswa hanya mendapatkan nilai kemampuan mengarang, namun tidak mengetahui kelemahan dan keunggulan dari karangan yang dibuatnya. Apabila terdapat beberapa kemampuan unggul dari para pelajar di Indonesia dalam menulis karangan ilmiah, kemampuan ini sebagai kemampuan bawaan atau karena siswa melatih dirinya. Kemampuan yang dimilikinya itu, bukan merupakan sebuah hasil optimal dari pembelajaran menulis, melainkan karena siswa melakukan kegiatan pengembangan diri dalam menulis.
Kondisi di atas merupakan sebuah fenomena yang mengakibatkan lemahnya kemampuan sebagian besar pelajar dalam menuangkan argumen secara tertulis. Padahal, kemampuan menulis karangan bagi para pelajar sangat penting sebagai bentuk kegiatan berkomunikasi secara tertulis. Dari para pelajar sangat diharapkan bermunculan berbagai pemikiran atau argumen keilmuan yang dapat melengkapi khasanah perkembangan ilmu.
Perkuliahan yang mengarah pada pembinaan kemampuan menulis di perguruan tinggi di Indoneisa pada program studi nonbahasa hanya merupakan sebagian kecil dari ruang lingkup mata kuliah bahasa Indonesia. Kondisi ini tampak paradoks dengan tuntutan kemampuan menulis karangan ilmiah yang diharapkan dapat dilakukan mahasiswa. Pada umumnya, para mahasiswa beroleh kesulitan di dalam menulis karangan ilmiah jenis makalah yang ditugaskan kepadanya dari para dosen. Para mahasiswa sering pula menghasilkan makalah yang kurang memenuhi kriteria sebagai karangan ilmiah karena keterbatasan kemampuan dalam menulis karangan ilmiah yang dimilikinya.
Demikian pula ketika mahasiswa akan menyelesaikan studinya dan dituntut membuat karangan ilmiah berupa penuangan secara tertulis gagasan hasil penelitian, mereka mendapatkan kesulitan dalam merangkai gagasan tertulis ke dalam bentuk karangan ilmiah, yang harus dilaporkan dalam bentuk skripsi, tesis, atau disertasi.
Bentuk-bentuk pengembangan kemampuan menulis yang telah diterapkan dalam dunia pendidikan pada negara-negara maju di antaranya D'angelo (1997) yang melakukan pengembangan menulis secara bertahap. Tahapan pengembangan tersebut adalah pertama pemahaman tentang paragraf, kedua mengindikasi bahasan umum yang akan diungkapkan, ketiga menuangkan pernyataan-pernyataan dalam bentuk tulisan, keempat menetapkan rencana pengembangan.
Bentuk pengembangan lainnya telah dilakukan oleh Di-Yanni(1994:40), yaitu pengembangan kemampuan menulis yang dilakukan dengan mengembangkan gagasan atau ide melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan pada waktu menulis, kemudian mengembangkannya melalui keterhubungan antaride dan kontroversi dari setiap ide. Pengembangan ini akan memperkaya wawasan penulis dalam menuangkan gagasannya ke dalam tulisan.
Pengembangan menulis sebagai dasar program literasi yang dilakukan di Composition Board (ECB) di University of Michigan dengan menerapkan uji penempatan program bagi setiap mahasiswa yang akan mengikuti program tersebut sebagai prasyarat mengikuti program akdemik. Setiap siswa yang aka nmemasuki ECB terlebih dahulu harus dapat menyusun esei sebelum mendaftar kelas yang akan dimasukinya. Berdasarkan kompetensi yang didemonstrasikan dala mtulisan tersebut, mahasiswa ditempatkan dalam tiga kategori program bersyarat, yaitu (1) Tutorial Program yang memiliki kredit dua sampai dengan empat satuan kredit yang harus diambil pada awal semester setelah mereka mengikuti matrikulasi; (2) Introductory Composition Program yang memiliki kredit empat satuan kreditdan diajarkan pada kedua semester awal setelah matrikulasi; dan (3) Exempted Program yang tidak memprasyaratkan program Introductory Composition bagi para mahasiswa sebelum mengikuti progra mmenulis yang lebih tinggi (Stock, 1985:88)
Dari program yang diterapkan ini, kemudian program-programnya diperluas pada pengembangan alat ukur kemampuan menulis, pelatihan para pengajar dalam menulis, konferensi khusus atau pertemuan ilmiah tentang menulis serta berbagai aktivitas menulis tersebut dapat, menghasilkan lulusan yang literat atau memiliki kemampuan literasi sebagai landasan keberhasilan penguasaan kemampuan lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer